Oleh: al-Akh Abu Fauzan Hanif Nur Fauzi –hafizhahullah–
Allah ta’ala berfirman, menceritakan tentang keadaan orang-orang yang beriman:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1) الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ (2
“Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman. Yaitu, orang-orang yang khusyu’ dalam sholat mereka” (Al Mu’minun : 1-2)
Tanda orang beriman, sebagaimana yang Allah ta’ala terangkan adalah mereka khusyu’ di dalam sholat-sholat mereka.
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu mengatakan, khusyu’ dalam sholat adalah merasa tenang dalam sholat dan merasa takut (kepada Allah) dalam sholatnya tersebut.(Lihat Tafsir Ibnu Katsir, Darut Thayibah, Asy Syamilah).
Syaikh As Sa’diy rahimahullahu menerangkan makna ‘khusyu’ di dalam sholat’, yaitu seseorang menghadirkan hati di hadapan Allah, merasakan dekatnya (ilmu dan pengawasan) Allah, yang dengan semua itu hati bisa merasa tenang, jiwa merasa damai. Hal ini akan terpancar dalam gerakan tubuh yang tenang, tidak lalai dalam sholat, menghayati setiap bacaan yang dibaca dalam sholatnya, dari awal takbir hingga akhir sholat. Semua ini dalam rangka tunduk dan taat kepada Allah. (Lihat Taisir Karimirrahman, Maktabah Ar Rusyd, hal. 547)
Kemudian beliau melanjutkan, inilah hakikat ruh sholat dan inilah sholat yang dimaksudkan oleh Allah untuk ditegakkan oleh hamba-Nya. (Lihat Taisir Karimirrahman, Maktabah Ar Rusyd, hal. 547)
Muhammad bin Sirin rahimahullahu mengatakan, “Dahulu para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengangkat pandangan mereka ke arah langit tatkala sholat. Namun ketika turun ayat ini, (yaitu al Mu’minun 1-2) maka semenjak itu mereka menundukkan pandangan mereka ke tempat sujud mereka. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, Darut Thayibah, Maktabah Asy Syamilah)
Ibnul Qayyim rahimahullahu mengatakan,
الخشوع خمود نيران الشهوة وسكون دخان الصدور وإشراق نور التعظيم في القلب
“Khusyu’ adalah memadamkan luapan syahwat, meredamkan gejolak di hati dan melahirkan cahaya pengagungan (kepada Allah ta’ala) di dalam hati.” (Lihat Madarijus Salikin, Ibnul Qayyim, Maktabah Asy Syamilah)
Letak kekhusyu’an adalah di dalam hati, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhabarkan bahwa ketaqwaan manusia ada di dalam hati. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
التقوى ههنا (ويشير إلى صدره ثلاث مرات)
“Takwa letaknya adalah di sini (dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berisyarat menunjuk ke arah dada beliau tiga kali)” (Hadits riwayat Muslim)
Hal ini pun telah ditegaskan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu,
وأجمع العارفون على أن الخشوع محله القلب وثمرته على الجوارح
“Para ahli ilmu telah sepakat, bahwa letak kekhusyu’an adalah di dalam hati, dan buah dari kekhusyu’an akan tercermin pada anggota badan yang lainnya.” (Lihat Madarijus Salikin, Ibnul Qayyim, Maktabah Asy Syamilah)
Saudaraku sungguh amalan hati adalah lebih utama daripada semata-mata amalan badan. Sebagaimana dinyatakan oleh Syaikul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu,
كَانَتْ أَعْمَالُ الْقَلْبِ الْمُجَرَّدَةِ أَفْضَلَ مِنْ أَعْمَالِ الْبَدَنِ الْمُجَرَّدَةِ . كَمَا قَالَ بَعْضُ السَّلَفِ : قُوَّةُ الْمُؤْمِنِ فِي قَلْبِهِ وَضَعْفُهُ فِي جِسْمِهِ وَقُوَّةُ الْمُنَافِقِ فِي جِسْمِهِ وَضَعْفُهُ فِي قَلْبِهِ
“Semata-mata amalan hati adalah lebih utama dibandingkan dengan semata-mata amalan badan. Sebagaimana dikatakan oleh para ulama terdahulu : kekuatan seorang mukmin ada pada hatinya dan kelemahannya ada pada jasadnya, sedangkan kekuatan orang-orang munafik ada pada jasad mereka dan kelemahan mereka terletak pada hati mereka” (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah, Maktabah Asy Syamilah)
Setan dan bala tentaranya tidak akan tinggal diam tatkala melihat bani Adam sedang berusaha khusyu’. Hendaklah seorang waspada terhadap seluruh tipu daya setan dan bala tentaranya dalam menjerumuskan manusia dalam kesengsaraan. Seorang shahabat, Hudzaifah Ibnu Yaman radhiyallahu ‘anhu berkata,
إياكم وخشوع النفاق فقيل له : وما خشوع النفاق قال : أن ترى الجسد خاشعا والقلب ليس بخاشع
“Waspadalah kalian dengan khusyu’-nya orang-orang munafik…!!!”, kemudian seorang bertanya kepada beliau, bagaimanakah khusyu’-nya orang-orang munafik?, beliau mengatakan, “Engkau melihat seseorang, jasadnya Nampak khusyu’ akan tetapi hatinya sama sekali tidak merasakan kekhusyu’an”.
Lihatlah saudaraku apa yang dikatakan Ibnul Qayyim rahimahullahu tentang bedanya khusyu’-nya orang-orang beriman dan orang-orang munafik. Beliau rahimahullahu mengatakan:
أن خشوع الإيمان هو خشوع القلب لله بالتعظيم والإجلال والوقار والمهابة والحياء فينكسر القلب لله كسرة ملتئمة من الوجل والخجل والحب والحياء وشهود نعم الله وجناياته هو فيخشع القلب لا محالة فيتبعه خشوع الجوارح وأما خشوع النفاق فيبدو على الجوارح تصنعا وتكلفا والقلب غير خاشع وكان بعض الصحابة يقول أعوذ بالله من خشوع النفاق قيل له وما خشوع النفاق قال أن يرى الجسد خاشعا والقلب غير
“Sesungguhnya khusyu’ karena iman adalah menundukkan hati di hadapan Allah ta’ala dengan segala bentuk pengagungan dan pemuliaan. Hati seakan-akan luluh di hadapan Allah karena cinta dan takut kepada Allah, mengakui berbagai nikmat Allah yang melekat pada dirinya. Inilah ketundukan hati yang hakiki, yang terletak di relung hati seorang hamba, yang akan diikuti oleh anggota badan lainnya.
Adapun khusyu’-nya orang-orang munafik adalah menampakkan dengan anggota badan di hadapan pandangan para manusia, dengan berbuat seolah-olah badannya nampak khusyu’, akan tetapi hakikatnya hatinya sama sekali tidaklah merasa khusyu’.” -Sekian perkataan Ibnul Qayyim rahimahullahu– (Lihat Ar Ruh, Ibnul Qayyim, Maktabah Asy Syamilah)
Kekhusyu’an yang tertanam dalam hati seorang manusia, akan membuahkan ketenangan dalam gerakan anggota badannya, merasakan ruh ibadah dan bisa menikmati kelezatan beribadah. Inilah sumber kekuatan seorang mukmin, bersumber dari hati dan bermuara ke anggota badan lainnya.
Saudaraku, sungguh inilah yang banyak dilalaikan oleh sebagian besar kaum muslimin saat ini. Sholat mereka secepat kilat, bibir komat-kamit laksana bacaan mantra dan tidak paham maknanya. Allahu musta’an.
Sungguh benar apa yang dikatakan oleh shahabat Hudzaifah Ibnul Yaman, tatkala beliau mengatakan:
أول ما تفقدون من دينكم الخشوع وآخر ما تفقدون من دينكم الصلاة
“Hal pertama yang akan hilang dari agama ini adalah khusyu’, dan perkara terakhir yang akan hilang dari agama ini adalah sholat” (Diriwayatkan Al Hakim disepakati oleh Adz Dzahabi)
Perkara ini, yaitu khusyu’ merupakan perkara yang berat membutuhkan usaha dan jerih payah. Sampai-sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, manusia paling mulia berlindung kepada Allah dari hati yang lalai, dari hati yang tidak khusyu’ :
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَنَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ وَعِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ وَدَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak pernah merasa puas, dari ilmu yang tidak bermanfaat, dan dari doa yang tidak terkabul” (Hadits riwayat Ahmad, Tirmidzi, dan An Nasa’i)
Hanya kepada Allah kita memohon hidayah dan petunjuk. Ya Rabb jadikanlah Kami ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang khusyu’. Amiin.
***
Abu Fauzan Hanif
http://hanifnurfauzi.wordpress.com